Senin, 26 April 2010

Kesaksian Soeharto melalui Otobiografinya

Kesaksian Soeharto melalui Otobiografinya

Di berbagai media, Kolonel Latief mengaku berbicara kepada Soeharto di RSPAD tentang rencana "besok pagi jenderal-jenderal yang tergabung dalam Dewan Jenderal (yang) akan dihadapkan kepada Presiden...". Sementara itu, Soeharto, semasa jadi presiden, melalui buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, yang ditulis oleh G. Dwipayana dan Ramadhan K.H., menyatakan versi yang berbeda. Untuk keseimbangan berita, berikut adalah kutipan dari buku tersebut.

Mengatasi "G30S-PKI"

"Tanggal 30 September 1965, kira-kira pukul 9 malam, saya bersama istri saya berada di Rumah Sakit Gatot Soebroto. Kami menengok anak kami, Tommy, yang masih berumur empat tahun, dirawat di sana karena tersiram air sup yang panas. Agak lama juga kami berada di sana, maklumlah menjaga anak yang menjadi kesayangan semua. Kira-kira pukul sepuluh malam saya sempat menyaksikan Kol. Latief berjalan di depan zaal tempat tempat Tomy dirawat. Kira-kira pukul dua belas seperempat tengah malam saya disuruh oleh istri saya cepat pulang ke rumah di Jalan Haji Agus Salim karena ingat kepada Mamik, anak perempuan kami yang bungsu, yang baru setahun umurnya. Saya pun meninggalkan Tommy dan ibunya tetap menungguinya di rumah sakit. Sesampai di rumah saya berbaring dan bisa cepat tidur. Tapi kira-kira setengah lima subuh, tanggal 1 Oktober, saya kedatangan seorang cameraman TVRI, Hamid. Ia baru selesai melakukan shooting film. Ia memberi tahu bahwa ia mendengar tembakan di beberapa tempat. Saya belum berpikir panjang waktu itu. Setengah jam kemudian tetangga kami, Mashuri, datang memberi tahu bahwa tadi ia mendengar banyak tembakan. Mulailah saya berpikir agak panjang. Setengah jam kemudian datanglah Broto Kusmardjo, menyampaikan kabar yang mengagetkan, mengenai penculikan atas beberapa Pati (perwira tinggi) Angkatan Darat. Maka, segeralah saya bersiap dengan pakaian lapangan. Pukul enam pagi, Letkol Sayidiman, atas perintah Pak Umar Wirahadikusumah, melaporkan bahwa di sekitar Monas dan Istana banyak pasukan yang tidak dikenalnya...."

"Kepada Letkol Sadjiman saya sempat berkata bahwa saya sudah mendengar tentang adanya penculikan terhadap Pak Nasution dan Jenderal A. Yani serta Pati AD lainnya. "Segera kembali sajalah, dan laporkan kepada Pak Umar, saya akan cepat datang di Kostrad dan untuk sementara mengambil pimpinan Komando Angkatan Darat," kata saya kepada Sadjiman. Dengan segala yang sudah siap pada diri saya, saya siap menghadapi keadaan..."

"Radio sudah disetel. Pukul 07.00 tepat saya mendengarkan siaran RRI pertama mengenai "Gerakan 30 September" yang dipimpin oleh Letkol Untung. Deg, saya segera mendapatkan firasat. Lagipula, saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia seorang yang dekat, rapat dengan PKI, malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI, Alimin...".

"Saya banyak mengenal Untung sejak lama," kata saya. "Dan Untung sendiri sejak 1945 merupakan anak didik tokoh PKI Alimin." Saya jelaskan pikiran saya mengenai pernyataan Untung bahwa gerakannya seolah-olah hanya untuk menghadapi apa yang dikatakannya Dewan Jenderal yang akan mengadakan kup sehingga mereka mendahului bertindak dengan menculik para pimpinan Angkatan Darat.

"Ia mempergunakan dalih untuk menyelamatkan Presiden Soekarno," kata saya. "Kenyataannya, Presiden Soekarno saat ini tidak ada di Istana.... Dewan Jenderal itu tidak ada. Apalagi Dewan Jenderal yang akan melakukan kegiatan politik, melakukan kup terhadap negara dan bangsa. Itu sama sekali tidak ada...."

06 Oktober 1998
Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1998/10/06/WAW/mbm.19981006.WAW95791.id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar